Contoh Pidato Pasrah Temanten Bahasa Jawa

Contoh Pidato Pasrah Temanten Bahasa Jawa – 1 POLA KOMUNIKASI SELAMAT DATANG PADA RESEPSI PERNIKAHAN ADAT ISLAM JAWA DI DAERAH PASURUA (STUDI KOMUNIKASI ETNOGRAFI) Heny Retna Anggraeny, Sariono Agus J. Erna Rochiyati Universitas S. Kalimanty, Universitas Ilmu Sastra Indonesia7 Universitas Jimanty7 Sambutan dalam penelitian ini berupa pinangants dan tujuh panamp dalam tradisi Jawa, pesta pernikahan adalah teman pengeng dan teman nundhuh, sebagaimana diucapkan secara lisan oleh penutur dari latar belakang sosial budaya yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pola komunikasi Set Pampang Pinanganten dan Set Panamp yang memiliki pengertian masyarakat lokal yang tepat, dengan menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua pola komunikasi yaitu pola komunikasi pinangant tetap pasrah dan panamp tetap di tempat yang berbeda di seluruh lingkungan. Setiap pidato sambutan memiliki topik yang berbeda (pembukaan, isi, dan penutup), subtopik, dan gagasan utama. Menyusun pemberian pinangant pada resepsi pernikahan Sambutan Sahabat Panggih memiliki subtema dan gagasan utama tentang calon pengantin yang mengirimkan kado, sedangkan Sahabat Ngundhi hanya mengikutsertakan pengantin yang dikirim tanpa kado Menetapkan ucapan selamat datang Panamp kepada siapapun yang menerima pengantin wanita, kartu hadiah tidak berisi detail spesifik. Kata Kunci: salam, pinangantes tujuh pasrah, panampi tujuh, nundhuh sahabat dan sahabat pengeng. Abstrak Sambutan dalam penelitian ini berupa pinangant dan panamp serah terima yang diselenggarakan pada pesta pernikahan adat Jawa, yaitu Sahabat Panggih dan Ngundhuhi, yang disampaikan secara lisan oleh penutur dari latar belakang sosial yang berbeda. – asal budaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pola komunikasi tutur menurut nilai selera masyarakat setempat dengan menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan dua pola komunikasi yaitu sapaan, pengorganisasian pinangan menyerah, dan pengorganisasian panamp di lokasi yang berbeda di lingkungan. Setiap pidato sambutan memiliki topik yang berbeda (pembukaan, isi, dan penutup), subtopik, dan gagasan utama. Pidato penyambutan saat memberikan lamaran, khusus untuk menerima sahabat Nanghuh, memiliki sub pokok bahasan dan pokok pikiran memberikan satu mempelai pria dan satu kado pernikahan, sedangkan sahabat Nundhuh hanya memberikan satu kado. dari calon pengantin pria. salah satu pengantin tanpa hadiah pernikahan. Pidato sambutan ansambel panna terdiri dari pertimbangan dasar menerima salah satu pengiring pria, karena penerimaan hadiah tidak dirinci. Kata kunci: sapaan, pendirian penyerahan pinanganten, pendirian panamp, teman dan pacar unduh pangangten. Artikel Hasil penelitian mahasiswa

2 Pendahuluan Bahasa sebagai mediator dengan fungsi dan tujuan yang berbeda dalam proses komunikasi manusia. Dalam kelompok sosial tertentu, bahasa memiliki banyak fungsi, terutama untuk menciptakan batas-batas, mempersatukan penutur sebagai anggota suatu masyarakat tutur, dan mengesampingkan komunikasi intrakelompok (Syukur, 1994:15). Bahasa sangat erat kaitannya dengan komunikasi antarbudaya. Sebagai masyarakat multibahasa, Indonesia terdiri dari bahasa Indonesia dan beberapa bahasa daerah yang berbeda untuk tujuan tertentu. Komunikasi terdiri dari dua bagian, komunikasi lisan dan komunikasi tertulis. Penggunaan komunikasi lisan sangat efektif untuk komunikasi sosial intra-kelompok dan antar-etnis, sehingga muncul berbagai bahasa dari situasi yang berbeda dengan tujuan, seperti berbagai konferensi bahasa, berbagai konferensi, bahasa pers. , berbagai bahasa lelucon, dan berbagai bahasa sehari-hari. Komunikasi melibatkan tiga aspek: (1) pihak yang berkomunikasi, (2) informasi yang akan dikomunikasikan, dan (3) sarana komunikasi (Alwasilah, 1993:8). Pidato adalah cara seorang pembicara menyampaikan informasi melalui media verbal untuk tujuan tertentu. Tuturan sebagai objek penelitian ini dikaitkan dengan berbagai aspek (konteks) non-linguistik yang terkait dengannya untuk menciptakan pola komunikasi efektif yang selaras dengan nilai-nilai masyarakat pemerintahan Pasuruan. Perkembangan tuturan dalam berbagai kegiatan sosial masyarakat masih dibatasi oleh aturan, beberapa struktur tuturan terutama berkaitan dengan produk budaya, seperti tuturan selamat datang pada resepsi pernikahan adat Jawa, belum ada aturan baku dalam penyusunan tuturan tersebut. Hal ini terkait dengan faktor sosial, budaya dan psikologis dalam konteks yang mengikuti perkembangan pola komunikasi tuturan sapaan tersebut. Sebagai produk budaya, salam merupakan hal yang turun temurun dan wajib dilakukan oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Ucapan selamat datang dapat dijumpai dalam pernikahan adat Jawa (sahabat tengeng dan sahabat nguundhuh). Berbagai kelompok masyarakat yang masih memegang nilai budaya melestarikan salah satu produk budaya tersebut. Di sisi lain, kelompok masyarakat Jawa tertentu memilih untuk berubah bahkan seringkali menelantarkan masyarakatnya untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan modernisasi dan Islamisasi, sehingga memungkinkan terjadinya penyimpangan perilaku dan gaya bahasa yang berdampak pada perkembangan komunikasi yang efektif. . pola dan sejalan dengan nilai-nilai masyarakat. Secara umum, ada dua jenis salam, yaitu salam, pinangants (penyerahan) dan panampi (penerimaan) organisasi penyerahan diri. Sambutan yang dilaksanakan di wilayah Kabupaten Pasuruan menggunakan beberapa bahasa selain bahasa Jawa dialek Surabaya, seperti Bahasa Indonesia (dialek Jakarta), Bahasa Jawa (Ngoko dan Krama), Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Hal ini terkait dengan konteks sosial pembicara atau peserta lain, karena ketika berpidato, pembicara mengungkapkan aspek sosial budaya yang berbeda, terutama bahasa yang digunakan saat berpidato. Bahasa Jawa (Jawa dialek Surabaya atau bahasa Jawa sendiri) digunakan penutur untuk menguasai tuturan pada saat prosesi penyampaian, sedangkan bahasa Indonesia digunakan untuk melakukan prosesi penyambutan. Tujuan utama dari ucapan selamat datang ini adalah untuk mentransfer dan menerima anggota keluarga dari kedua mempelai ke keluarga tuan rumah acara, termasuk hadiah pernikahan, yang kadang-kadang diberikan selama pidato selamat datang. Kedua sapaan ini kurang diminati dan dimengerti oleh penduduk lokal karena dipengaruhi oleh modernisasi dan islamisasi. Oleh karena itu, dilakukan upaya pelestarian salah satu produk budaya tersebut melalui penelitian, dengan harapan hasilnya dapat memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya bagi upaya pelestarian pidato sambutan masyarakat setempat, serta artikel penelitian mahasiswa.

Contoh Pidato Pasrah Temanten Bahasa Jawa

3 masyarakat Jawa pada umumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi sapaan, penyerahan pinangant dan panampi yang merupakan bagian dari upacara pernikahan adat Jawa-Islam. Kabupaten Pasuruan memiliki beberapa daerah yang masih menggunakan tuturan sebagai salah satu bentuk warisan budaya dan menjadi bahan penelitian. Lokasi studi welcome call berada di Kecamatan Kauman, Pogar, Karang Ketug, Gempeng dan Jambangan. Masyarakat setempat menggunakan ucapan selamat datang untuk menyambut tamu dan teman keluarga tuan rumah ke acara tersebut. Dua jenis informan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu informan kunci dan narasumber. Pembicara (speaker) digunakan sebagai informan yang tuturannya sengaja disimak untuk membentuk pola komunikasi yang utuh. Informan kunci berasal dari tokoh masyarakat setempat yang biasa menjadi pembicara sekaligus menilai pola komunikasi secara keseluruhan. Metode menyimak dan metode berbicara digunakan dalam tahap pengumpulan data. Metode menyimak digunakan untuk menyimak dan dalam fenomena bahasa lisan dari semua informan (informan kunci dan narasumber). Metode ini memiliki teknik penyadapan dasar dan beberapa teknik lanjutan. Teknik lanjutan yang digunakan adalah SBLC, SLC, recall dan recall (Mahsun, 2005:274). Metode Mahir digunakan untuk memunculkan fenomena linguistik yang konsisten dengan rumusan masalah penelitian berdasarkan percakapan langsung dengan informan kunci. Setelah mengumpulkan data dari kedua metode, perbedaan konteks yang mendukung situasi ujaran ditranskrip dan direkam ulang untuk mengklasifikasikannya menurut kriteria tema, subtema, dan gagasan utama. Tema adalah kesatuan ide dari beberapa subtema. Subtema adalah kesatuan ide dari ide pokok yang berbeda. Ide utamanya adalah mengembangkan konten yang mencerminkan ide atau gagasan dari setiap sub-topik untuk menciptakan kembali ide sesuai keinginan pembicara atau penulis. Pada tahap analisis data, metode deskriptif-kualitatif digunakan untuk menemukan hubungan antara konteks sosial partisipan dengan fenomena linguistik yang terjadi dalam pola komunikasi satu arah tersebut. Metode ini merupakan bagian dari penelitian etnografi komunikasi, sehingga pementasannya berpedoman pada komponen-komponen tuturan yang kemudian dikaitkan dengan komunikasi tersebut. Unsur-unsur tuturan tersebut disusun menjadi sebuah akronim, yaitu SPAKING (Hymes dalam Suwito, 1983: 32-33). Dalam karya ini penanganan data yang terkumpul diklasifikasikan dan dianalisis berdasarkan kriteria tema, subtema dan pokok pikiran. Pengklasifikasian data dilakukan dengan mengelompokkan tuturan menurut jenis resepsi, kemudian menyajikan istilah topik, subtopik dan gagasan utama untuk memperoleh pola komunikasi efektif yang seragam. Ada dua cara penyajian hasil analisis data yaitu penyajian formal dan informal (Sudaryanto, 1993: 145). Metode formal digunakan untuk menggambarkan simbol sebagai transkripsi ucapan, simbol … yaitu kutipan sebagai penanda data yang ditulis dalam teks. Metode informal adalah dengan menuangkan kata-kata yang diucapkan informan ke dalam kalimat untuk memudahkan penulis menganalisis data, dilanjutkan dengan penyajian deskriptif pola komunikasi tuturan. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan beberapa data bahwa pola komunikasi sapaan pada saat menerima sapaan pada resepsi sahabat Tenghu berbeda dengan pola komunikasi sapaan pada sahabat Nundhuh. Perbedaan tersebut muncul dari bahasa yang digunakan (pola komunikasi sapaan) dan topik tuturan (materi pertunjukan) yang disampaikan pembicara secara lisan. Ragam pilihan bahasa yang digunakan pembicara berkaitan dengan latar belakang sosial budaya pemilik acara atau mahasiswa peserta penelitian lainnya.

Rt 03 Dusun Sukoroyom Kulon Sabet Juara Umum Lomba Pitulasan

4 dalam ucapan. Perbedaan pola komunikasi ini berasal dari komponen tuturan berikut ini, yaitu BERBICARA (Hymes dalam Suwito, 1983: 32-33). Resepsi sahabat Panggih mengacu pada calon pengantin (serah terima) dan bingkisan pernikahan ke rumah mempelai wanita, sedangkan resepsi sahabat Ngundhuhi menitikberatkan pada calon pengantin (serah terima) ke rumah keluarga mempelai wanita. bukan kado pernikahan seperti Panggih Sobat. Prosesi serah terima sama-sama diwakili oleh narasumber dari kedua keluarga, salam usul serah terima dan salam panamp penyelenggara (accept/accept). Tujuan dari resepsi Panggih Temanten adalah untuk merayakan kebahagiaan pasangan yang baru dilegalisasi dengan mengundang keluarga pengantin dan tamu untuk berbagi pengalaman. Tujuan penerimaan

Contoh pidato pasrah penganten, contoh pidato bahasa jawa tentang kebersihan lingkungan, pidato pasrah pengantin bahasa jawa, contoh pidato bahasa jawa tentang maulid nabi, pidato pasrah temanten singkat, contoh pidato singkat bahasa jawa tentang pendidikan, contoh atur pasrah temanten, contoh teks pidato bahasa jawa singkat, pidato pasrah temanten, pidato bahasa jawa pasrah temanten, contoh pidato bahasa jawa tema 17 agustus, contoh pidato bahasa jawa tentang hari pahlawan

You May Also Like

mersin escort bayan - Antalya korsan taksi